Pages

Monday, March 12, 2012

He



My breath caught earlier. I woke up from this recurring dream. It also used to dream of taking quiet nights. I awoke, sat up in bed and tried to breathe again as usual. The same dream, falling in a deep ravine.
 
I glanced at a man who was sleeping beside me. He was still asleep, not knowing that I'm awake because of this nightmare. But he still held my hand tightly. I smiled and realized that now I do not own. Now there is one who fills my life, no longer empty as ever.

I once thought, if I deserve to live happily. All idealists would say that everyone deserves happiness. I'm with her ​​sarcastic never thought that I did not deserve to live happy, I'd rather suffer but the people closest to smile happily. You could say I have a mindset in which I suffer is better for others than they are suffering because of me. In fact, I never thought to die young, so at a time when I get old I will not bother other people because the soul was gone at a young age.

But again I looked at his peacefully in his sleep on my side. The person that reminds me that I deserve happiness. People are also likely to meet life with a spirit and a new outlook. This was also the person who said that he was amazed at my nature and unselfish. Inversely related to the fact that he was a selfish man who wants everything she wants can be fulfilled even have to swallow the bitterness that exists. He often angered by his own selfishness, but he never blamed me for it.

Even before knowing love it more closely, it has demonstrated the sincerity of heart that I never cover it. I was stupid and scared to know love finally dared to face the fact that he's always on my mind. There are several things that make me sometimes confused with his attitude. But eventually I was conscious of his sincerity. 

I'm sometimes amazed with it, with all sincerity that there is in him. With all honesty, sometimes without him knowing it often makes me confused face. But he patiently tried to understand what makes me confused by the way, he tried to see me more than I see myself.

He was said to me, amazed at my nature is different from the crowd. Is different from a woman he had ever encountered in his life. I never thought highly of myself. Because I know I'm not beautiful like a woman who once close to him. I'm just me who they are, are sometimes skeptical view of the world.

He is trying to pull me from my nightmares. Reminds me that there are so many things that I can enjoy from this world. There are a million fine that can be seen from this world without a negative view about the future.

I looked at his calm again. I threw myself on the back side. I will not fall back asleep but I wanted to look at his face for a moment. Feel the peace of the heart which he gave of his sleeping figure.

Suddenly his hand in my hand more tightly, he woke up. I looked at his face but I still see him wake up smiling.



"Good morning, dear."

And without saying anything, he just shot back with a bear hug as if she did not want to let go of me forever.

Monday, February 27, 2012

Suami, Istri dan Selingkuhan

I. SUAMI TENTANG ISTRI
Duhai istriku
Betapa lugunya kamu
Tidakkah kau tahu
Hasratku tlah lari dari pangkuanmu

II.SUAMI TENTANG SELINGKUHAN
Duhai kekasihku
Betapa merananya kamu
Meski jiwaku padamu
Kakiku masih terikat satu

III.ISTRI TENTANG SUAMI
Duhai suamiku
Betapa naifnya kamu
Kau pikir bodohnya diriku
Ku tahu kakimu tlah melayang satu

IV.ISTRI TENTANG SELINGKUHAN
Duhai perempuan kemayu
Betapa sombongnya kamu
Meski hasratnya pergi ke dirimu
Ku pertahankan kakinya satu

V.SELINGKUHAN TENTANG SUAMI
Duhai paruh hatiku
Betapa rapuhnya kamu
Tak bisa kah dirimu
Lepas genggamnya dan berlalu

VI.SELINGKUHAN TENTANG ISTRI
Duhai perempuan lugu
Betapa munafiknya dirimu
Tuk apa kau dapat raganya
Tanpa hasrat jiwa bersamamu

Irama dalam Jiwa


awal ku bertemu
aku mencintamu
tapi menggapa semakin hari semakin menggebu
rasa rindu yang ada dalam hatiku adakah kau menyimpan rasa
seperti yang kurasa
adakah kau memendam harapan
seperti apa yang ku bayangkan kau adalah harapan dalam hatiku
kau adalah kehidupan dari jiwaku
aku ingin kau tahu
tentang suara irama dalam jiwa kau adalah cahaya dalam kegelapanku
kau adalah musik dari kesunyian ku
aku ingin kau tahu
tentang alunan irama dalam jiwa karna kau yang kucintai
karna kau yang kurindui

Sunday, February 26, 2012

Darkest Moment I ever had

Aku sempat ngungkit tentang masa ketika Sang Pahlawan dalam hidupku berlalu dari dunia ini. Iyah, entah mengapa aku merasa ingin menuliskannya lagi. Sejak tulisan yang tadi, hati ini terasa begitu lelah dengan semua ini. Cengengkah hatiku dan semua kenyataan ini? Well i dun care if u said so...

Tanggal 23 jJanuari 1998, jam dinding kuno di dinding rumah menunjukan jam 09.30an Pagi saat mentari bersinar begitu hangat, burung gereja dengan orkes harian diatap kamarku. Ketika aku terbangun dengan mata kucel dan melangkah menuruni tangga rumah 1..2..3..4.. belum kujejak langkah kelima saat nenek-nenek berteriak " cepat turun, papamu ga nyadarin diri "... kutolehkan kepala ke arah kursi santai di depan jendela ruang tamu. Terlihat mama lagi mencoba buat nyadarin papa, tapi tampaknya Sang Pahlawan terkulai lemas dengan wajah tenang... apakah dia tertidur? aku hanya bisa merasakan kegalauan yang hampa dan kosong tanpa tau harus berbuat apa selain bergegas balik kelantai atas, menuju wc dan secepatnya cuci muka dan gosok gigi untuk mencari ambulance...


"gimana ini? mana si cc dan suami lom kerumah..." begitu gumam hatiku saat semua itu berlangsung. Ketika sampai dibawah, semuanya terkesan begitu gaduh.. Pak Bujang, partner setia Sang Pahlawan telah memanggil ambulance.. Tapi ambulance itu baru tiba 30 menit kemudian... "maaf mas, tadi sopirnya lagi makan di warung.." Ambulance tanpa sopir cadangan?? yah itulah Pontianak.. Kota Kecil Hangat Penuh Cerita yang menyedihkan

Sampai di rumah sakit, diruang UGD yang begitu dingin dan angkuh, CC dan mama hanya bisa menangis ketakutan .. Aku diam dan mencoba menenangkan si CC. Shocker jantung menghantam Sang Pahlawan berkali kali.. tapi sepertinya sudah terkulai lemas... Apa yang kau rasakan jika kau ada diposisiku? Melihat seorang figur yang begitu menyayangimu terkulai lemas tanpa respons? haruskah kau sedih seperti si Kakak dan si Mama? Haruskah kau sadari bahwa semua itu akan terjadi cepat atau lambat? Apakah aku salah jika memilih opsi kedua dan mencoba untuk meyakinkan hati tuk melangkah memijaki detik demi detik kehilangan terbesar dan waktu tergelap dalam hidupku itu? Abangku ada diJakarta, begitu juga dengan Si CC ke 2 ... aku satu satunya lelaki dikluarga itu, harus siap untuk tegar menghadapi smua ini...

5 menit perjuangan dokter dan perawat berlalu.. mereka melepaskan masker dan bertingkah seperti sinetron picisan atau bahkan kelas festival.. menggelengkan kepala bahwa mereka telah berusaha semampu mereka...

-Ayah.. selamat tinggal.. Maafkan aku yang tak pernah sempat mengucap maaf atas beberapa tahun pemberontakanku yang begitu naif menolak kasih sayangmu pada anak bungsumu ini.. Maafkan aku tak pernah berkata aku sayang padamu lagi seperti dulu dimasa kecilku waktu aku masih kau ajak ke air terjun, mengajari aku menangkap udang batu disela arus nakal di tempat itu, atau cara bersikap yang benar ditempat umum.. atau bahkan caramu mengajari aku memakai media alat cukil kayu... yang akhirnya membantuku dalam mata kuliah teknik cetak... atau bahkan ajaran tentang kesabaran dan ketelatenan dalam menekuni segala sesuatu.. semua itu tak pernah sempat aku ucapkan terima kasih padamu... tapi.. semua itu masih berbekas di hati dan pikiran ini.. masih kuikuti hingga detik ini... engkaulah pahlawanku.. luv u dad -

Sore harinya di rumah duka, aku dicaci maki oleh sahabat yang datang melayat atas keputusanku untuk tak meneteskan air mata.. -tahukah dia bahwa hatiku terus melolong ingin mengekspresikan semua itu seperti orang lain????-

Kusambut kepulangan abang dan kakakku yang telah bengkak matanya, menangis meraung disisi peti mati dingin berisikan badan dingin beraut wajah tenang dan damai sang pahlawan... caci maki dari sang sobat masih terus terngiang di otakku.. aku mencoba untuk menjadi orang yang bisa dilihat baktinya.. mengurung diri digudang rumah duka, mencoba sekeras hati untuk meneteskan air mata.. tapi aku tak bisa... salahkah aku??? atau.. apakah aku yang saat itu masih dalam masa pemberontakanku justru merasakan kemenangan bagi kenaifanku???

Setelah prosesi pemakaman, kehampaan dalam hatiku mulai menemukan arah, aku memutuskan untuk pertama kalinya, berjanji dihadapan mama, bahwa aku bersalah, aku akan berubah dan akan menyayangi mama sepenuh hati sampai akhir waktuku nanti. Janji bahwa aku tak akan menyentuh rokok, sesuatu yang dianggap mama sebagai masalah utama papa dan abangku masih kupegang hingga detik ini. Ma.. kadang aku khilaf dan menyakiti perasaanmu, tapi tetap kau sabar padaku.. terima kasih atas kesempatan darimu itu...

Masa pemberontakan tanpa hasil yang membahagiakan itu berakhir pada waktu itu. Sejak itu aku berusaha untuk menjadi figur yang lebih dewasa dan lebih perhatian terhadap keluargaku, mengikuti teladan sang pahlawan...
-wen-

Friday, February 24, 2012

Cita-cita terbesar

Dalam sebuah perjalanan hidup, cita-cita terbesar adalah menuju kesempurnaan. Ada kalanya kita mesti berjuang, serta belajar menyikapi segala rahasia dalam kehidupan.

Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang menentukan setiap tapak langkah kita. Setiap hembusan nafas, detak jantung, dari siang menuju malam. Semua menuju titik yang sama, kesempurnaan.

Setiap insan mempunyai hak yang sama atas waktu.Tidak ada seorangpun melebihi dari yang lain. Namun tak jarang setiap kita berbeda dalammensikapinya. Ada yang berjuang untuk melewatinya dengan membunuh waktu. Tidak pula yang sedikit yang merasakan sempitnya kesempatan yang ia punya.

Apa rahasia terbesar dalam hidup ini? Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman.

Dengan cinta hidup menjadi lebih indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi lebih terarah....

Bersyukurlah Selagi Kau Mampu Bersyukur

Kenapa kita harus mengalami kesulitan sementara orang lain bisa senang...
Kenapa kita harus bekerja keras sampai lembur sementara orang lain sudah pulang ke rumah...
Kenapa kita selalu menjadi karyawan sementara orang lain bisa jadi usahawan sukses...
Kenapa kita harus berhujan-hujan naik angkutan umum sementara orang lain merasa nyaman di kendaraan pribadinya...

Tak pernahkah kita bertanya: 

Adakah orang lain yang lebih susah dari pada kita malah tidak pernah tau apa yang namanya senang....
Adakah orang lain yang tidak punya pekerjaan sampai sekali rela bekerja apapun...
Adakah orang yang bahkan naik angkutan umu saja tidak mampu membayar...
Kenapa kita selalu melihat ke atas, dan tidak pernah melihat kebawah?
Kenapa saat kita susah kita menyalahkan Tuhan, tetapi pada saat senang kita lupa sama Tuhan?
Kenapa kita selalu komplain, tetapi tidak pernah bersyukur?

Jawabannya tidak ada di buku mana pun, tidak ada di siapa pun, tapi di hati kita sendiri... bersyukurlah selagi kau mampu untuk bersyukur.... sebelum segalanya terlambat dan diambil darimu.